Ads

Pages

Sunday 19 December 2010

Kampung Naga Tasikmalaya

Indotoplist.com: Kampung Naga is a traditional village with a total area of approximately 4 ha. Lokasi obyek wisata Kampung Naga terletak pada ruas jalan raya yang menghubungkan Tasikmalaya - Bandung melalui Garut, yaitu kurang lebih pada kilometer ke 30 ke arah Barat kota Tasikmalaya. Location of Kampung Naga tourist attraction located at the link road connecting the Tasikmalaya - Bandung via Garut, ie at about 30 kilometers to the west toward the town of Tasikmalaya.
Kampung Naga Tasikmalaya
Kampung Naga dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan Ieluhumya. Kampung Naga inhabited by a group of people who are very strong in holding the relics Ieluhumya customs. Hal ini akan terlihat jelas perbedaannya bila dibandingkan dengan masyarakat lain di luar Kampung Naga. This will be obvious differences when compared with other communities outside of Kampung Naga. Masyarakat Kampung Naga hidup pada suatu tatanan yang dikondisikan dalam suasana kesahajaan dan lingkungan kearifan tradisional yang lekat. Kampung Naga community living in an institution that is conditioned in an atmosphere of simplicity and traditional wisdom inherent environment.

Secara administratif Kampung Naga termasuk kampung Legok Dage Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Administratively, including the village of Kampung Naga Legok Dage Neglasari Sub Salawu Tasikmalaya regency.

Jarak tempuh dari Kota Tasikmalaya ke Kampung Naga kurang lebih 30 kilometer, sedangkan dari Kota Garut jaraknya 26 kilometer. Mileage from Tasikmalaya to Kampung Naga City approximately 30 miles, while from Garut city 26 kilometers away.

Untuk menuju Kampung Naga dari arah jalan raya Garut-Tasikmalaya harus menuruni tangga yang sudah ditembok (Sunda sengked) sampai ke tepi sungai Ciwulan dengan kemiringan sekitar 45 derajat dengan jarak kira-kira 500 meter. To get to Kampung Naga from the highway Garut-Tasikmalaya had to descend the stairs that have been walled (Sunda sengked) up to the riverbank Ciwulan with a slope of about 45 degrees with a distance of approximately 500 meters. Kemudian melalui jalan setapak menyusuri sungai Ciwulan sampai ke dalam Kampung Naga. Then through the path along the river Ciwulan get to the Kampung Naga. Menurut data dari Desa Neglasari, bentuk permukaan tanah di Kampung Naga berupa perbukitan dengan produktivitas tanah bisa dikatakan subur. According to data from Neglasari, form the soil surface in the form of Kampung Naga hills with fertile soil productivity can be said.

Luas tanah Kampung Naga yang ada seluas satu hektar setengah, sebagian besar digunakan untuk perumahan, pekarangan, kolam, dan selebihnya digunakan untuk pertanian sawah yang dipanen satu tahun dua kali. Kampung Naga land area is one hectare and a half, mostly used for housing, yards, ponds, and the rest is used for agriculture fields are harvested twice a year.

Daya tarik obyek wisata Kampung Naga terletak pada kehidupan yang unik dari komunitas yang terletak di Kampung Naga tersebut. The appeal of Kampung Naga tourist attraction lies in the unique life of the community is located in Kampung Naga. Kehidupan mereka dapat berbaur dengan masyrakat modern, beragama Islam, tetapi masih kuat memlihara Adat Istiadat leluhurnya. Their lives can blend in with modern society, Moslem, but still strong memlihara Customs of his ancestors. Seperti berbagai upacara adat, upacara hari-hari besr Islam misalnya Upacara bulan Mulud atau Alif dengan melaksanakan Pedaran (pembacaan Sejarah Nenek Moyang) Proses ini dimulai dengan mandi di Sungai Ciwulan dan Wisatawan boleh mengikuti acara tersebut dengan syarat harus patuh pada aturan disana. Like many traditional ceremonies, ceremonial days such Islamic besr Mulud Ceremony month or Alif with implementing Pedaran (reading History Ancestors) The process begins with a bath in the River Ciwulan and Tourists should follow the event, subject to their adherence to the rules there.

Bentuk bangunan di Kampung Naga sama baik rumah, mesjid, patemon (balai pertemuan) dan lumbung padi. The form of buildings in Kampung Naga same as houses, mosques, Patemon (meeting hall) and rice. Atapnya terbuat dari daun rumbia, daun kelapa, atau injuk sebagi penutup bumbungan. The roof is made from sago palm leaves, coconut leaves, or as a cover injuk bumbungan. Dinding rumah dan bangunan lainnya, terbuat dari anyaman bambu (bilik). The walls of houses and other buildings, made of woven bamboo (chamber). Sementara itu pintu bangunan terbuat dari serat rotan dan semua bangunan menghadap Utara atau Selatan. Meanwhile, the building doors are made of rattan fiber and all the buildings facing North or South. Selain itu tumpukan batu yang tersusun rapi dengan tata letak dan bahan alami merupakan ciri khas gara arsitektur dan ornamen Perkampungan Naga. Besides a neat pile of stones with the layout and natural ingredients is the hallmark of the architecture and ornaments because of the Dragon Village.

Obyek wisata ini merupakan salah satu obyek wisata budaya di Tasikmlaya Wisatawan biasanya memiliki minat khusus yaitu ingin mengetahui dan membuktikan secara nyata keadaan tesebut. Sightseeing is one of the cultural attractions in Tasikmlaya Tourists usually have special interests that want to know the real situation and proved tesebut. Pengembangan obyek wisata Kampung Naga termasuk dalam jangkuan pengembangan jangka pendek. Development of tourism in jangkuan Kampung Naga including short-term development.
Kampung Naga TasikmalayaKampung Naga Tasikmalaya
Sejarah/asal usul Kampung Naga menurut salah satu versi nya bermula pada masa kewalian Syeh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, seorang abdinya yang bernama Singaparana ditugasi untuk menyebarkan agama Islam ke sebelah Barat. History / origins of Kampung Naga according to one version begins at the time of his status as guardian Sheikh Sharif Hidayatullah or Sunan Gunung Jati, a servant named Singaparana tasked to spread the religion of Islam to the West. Kemudian ia sampai ke daerah Neglasari yang sekarang menjadi Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Then he got to the area that is now Neglasari Neglasari, District Salawu, Tasikmalaya regency. Di tempat tersebut, Singaparana oleh masyarakat Kampung Naga disebut Sembah Dalem Singaparana. In these places, by the people in Kampung Naga Singaparana called Dalem Singaparana Worship. Suatu hari ia mendapat ilapat atau petunjuk harus bersemedi. One day he got ilapat or instructions must meditate. Dalam persemediannya Singaparana mendapat petunjuk, bahwa ia harus mendiami satu tempat yang sekarang disebut Kampung Naga. In persemediannya Singaparana aright, that he should occupy a place which is now called Kampung Naga.
Kampung Naga Tasikmalaya
Nenek moyang Kampung Naga yang paling berpengaruh dan berperan bagi masyarakat Kampung Naga "Sa Naga" yaitu Eyang Singaparana atau Sembah Dalem Singaparana yang disebut lagi dengan Eyang Galunggung, dimakamkan di sebelah Barat Kampung Naga. Kampung Naga ancestors of the most powerful and influential for the people in Kampung Naga "Sa Naga" which Singaparana grandparent or Worship Dalem Singaparana called again with a grandparent Galunggung, is buried west of Kampung Naga. Makam ini dianggap oleh masyarakat Kampung Naga sebagai makam keramat yang selalu diziarahi pada saat diadakan upacara adat bagi semua keturunannya. The tomb is considered by society as Kampung Naga shrine which always diziarahi during ceremonies held for all his descendants.

Namun kapan Eyang Singaparana meninggal, tidak diperoleh data yang pasti bahkan tidak seorang pun warga Kampung Naga yang mengetahuinya. But when Grandmother Singaparana died, did not obtain definitive data are not even one who knows it Kampung Naga. Menurut kepercayaan yang mereka warisi secara turun temurun, nenek moyang masyarakat Kampung Naga tidak meninggal dunia melainkan raib tanpa meninggalkan jasad. According to the belief that they inherited from generation to generation, people in Kampung Naga forefathers did not die but vanished without leaving the body. Dan di tempat itulah masyarakat Kampung Naga menganggapnya sebagai makam, dengan memberikan tanda atau petunjuk kepada keturunan Masyarakat Kampung Naga. And that's where people in Kampung Naga consider it a grave, by giving a sign or clue to the descendants of Kampung Naga Society.

Ada sejumlah nama para leluhur masyarakat Kampung Naga yang dihormati seperti: Pangeran Kudratullah, dimakamkan di Gadog Kabupaten Garut, seorang yang dipandang sangat menguasai pengetahuan Agama Islam. There are a number of names of people in Kampung Naga ancestors are revered like: Prince Kudratullah, Gadog buried in Garut regency, a highly regarded master of Islamic knowledge. Raden Kagok Katalayah Nu Lencing Sang Seda Sakti, dimakamkan di Taraju, Kabupaten Tasikmalaya yang mengusai ilmu kekebalan "kewedukan". Raden clumsy Katalayah Nu Lencing The Seda Sakti, is buried in Taraju, Tasikmalaya regency which science mengusai immunity "kewedukan". Ratu Ineng Kudratullah atau disebut Eyang Mudik Batara Karang, dimakamkan di Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, menguasai ilmu kekuatan fisik "kabedasan". Queen Ineng Kudratullah or called Grandmother Mudik Batara Coral, buried in Karangnunggal, Tasikmalaya regency, master the science of physical force "kabedasan". Pangeran Mangkubawang, dimakamkan di Mataram Yogyakarta menguasai ilmu kepandaian yang bersifat kedunawian atau kekayaan. Prince Mangkubawang, buried in Mataram Yogyakarta master the science of nature kedunawian intelligence or wealth. Sunan Gunungjati Kalijaga, dimakamkan di Cirebon menguasai ilmu pengetahuan mengenai bidang pertanian. Gunungjati Sunan Kalijaga, buried in Cirebon master the science of agriculture.
Sumber : www.tasikmalaya.go.id, dieny-yusuf.com, www.westjava-indonesia.com Source: www.tasikmalaya.go.id, dieny-yusuf.com, www.westjava-indonesia.com

No comments:

Post a Comment